Malunya “Pingsan di Gedung Tempat Ngampus"

Jadi beberapa hari lalu, aku pingsan di gedung tempat ngampusku. Ok, wait, let me check the calendahhh. Oh iya waktu tanggal 06 September 2018.
Waktu itu, ada kegiatan donor darah di departemen tempat aku kuliah. Donor darah ini salah satu program kerja dari salah satu divisi dalam sebuah himpunan yang bergerak di bidang sosial. Ok. Kebetulan waktu itu hari Kamis. Kesalahan pertama ku adalah lupa buat puasa Sunnah. It’s ok. Lanjut.
Di hari Kamis, jadwal kuliah masih satu mata kuliah. Dari jam tujuh sampe jam set 10. Waktu itu salah satu temanku nanya, aku mau ikut donor darah atau ngga. Sebenernya aku ngga ada niat untuk donor, pada waktu itu. Karna aku inget setahun yang lalu aku ikut donor, dan setelahnya pusing. Alasan lainnya juga karna aku belum makan nasi dan merasa tubuh ngga fit banget. Akhir-akhir ini sering nguap di kelas padahal jam tidur lebih dari cukup. Nah, ku bilanglah sama temen aku yang nanya itu… “kayaknya ngga deh.” Kebetulan temen aku yang jadi penanggung jawab acara nya ada di samping aku (hehe, nik, kalau baca ini jangan merasa bersalah ya, gapapa da aku cuma mau sharing aja) dia bilang…

Setelah menimbang, akhirnya aku putuskan buat ikut donor darah (sebetulnya karna aku searching ‘keuntungan donor darah’ di google-_- dan mau bantu biar pesertanya mencapai target).
Singkat cerita, aku dah makan dan siap donor darah bersama temanku yang pertama kalinya donor darah. Aku seneng banget bisa bantu dengan donor darah ini, ya, ku ekspresikanlah dengan ke-eksis-an ku pada temen-temen yang foto pas aku lagi donor darah (sebenernya karna biar aku ngerasa enjoy dan ngga pusing aja). 

¾ jalan aku donor semuanya baik-baik aja, setelah hampir selesai, aku ngerasain pusing yang aku rasain waktu tahun kemarin donor. Wah gawat. Aku bilanglah ke bapaknya, “pak, pusing”. Bapaknya bilang “oh iya sebentar lagi, de” sambil memposisikan kursi aku biar posisi kepala lebih rendah dari kaki. Setelah itu aku ngerasa baikan tuh. Terus aku disuruh buat tiduran dulu dengan posisi begitu.
Temen aku ternyata udah selesai donor dan dia sempat bertanya “kenapa?” aku bilang aku pusing sambil agak tersenyum gitu (biar ga keliatan parah banget). Aku ngga bisa membuat temen aku nunggu, terus aku minta tolong ke bapaknya biar aku bisa kembali ke lobby gedung sama temen-temen yang lain. Kesalahan kedua, aku seharusnya ngga langsung pergi dulu saat itu, karna ternyata aku masih pusing.
Duduklah aku di lobby gedung tempat antrian peserta donor, kami disambut dengan pertanyaan “udah?” sama temen-temen terlebih untuk teman aku yang pertama kali donor. Aku sempat minta teh ke temanku yang ada di meja tempat konsumsi gitu. Ternyata teh nya tidak terlalu manis.
Beberapa menit kemudian, aku ngerasain pusing lagi. Aku yang tadinya megang gelas teh, langsung aku taruh di kursi samping kiri aku. Datanglah salah satu kating yang bertanya padaku tentang kondisi aku kalau tidak salah. Aku bilang “pusing kang. Kalau sekarang juga pusing gimana?” sebenernya itu udah kode kalau aku ngerasa pusing dan gakuat. Kating itu menyarankan aku buat tiduran di belakang meja konsumsi dan apalah semacamnya itu. Aku dengan setengah kesadaran, langsung jalan ke situ, terus ngga sadar aku peluk salah seorang temen aku yang juga panitia dari acara donor darah. Kata dia sih aku meluk kenceng banget (maklumlah itu sebenernya udah ngga sadar dan gakuat). Tapi aku inget kalau dia bilang, kita ke kemroom aja. Setelah beberapa langkah… gubrakkkkkkkk. Aku pingsan. Temanku tertindih (katanya).
Pandanganku hitam. Aku masih bisa denger samar-samar waktu itu. Temen-temen nyamperin aku. Aku inget banget siapa yang melihat dan membantu aku waktu pingsan. Yang aku rasain waktu itu adalah ‘AKHIRNYA’ aku pingsan. Entah kenapa, setelah aku pingsan, aku merasa semuanya akan jauh lebih baik.
Aku mendengar ada yang bilang “jangan ditutup matanya”. Ya kucoba buat membuka mata. Yang kuingat, temanku yang tertindih tertawa disela-sela ke-pingsan-an-ku. Tapi aku gapapa. Karna kita memang sering tertawa karna hal yang receh, bahkan ketika suasana sedang menegangkanpun, dia tertawa. Hahaha. Aku juga inget, kita ditegur karna tertawa. Aku tertawa+nangis saat itu. Aku diberi oxygen, kakiku diangkat ke atas diganjal dengan kursi. Aku sangat-sangat ingat teman-temanku yang waktu itu membantu aku. Terima kasih banyaaaak. Terharu aku. Sebenernya setelah pingsan itu aku nangis di kosan, entah itu karna mengingat orang-orang yang membantu dan tidak ‘sempat’ membantu, memberi semangat, dan aku saat itu teringat orang tuaku.
Banyak hal yang bisa aku pelajari dari kejadian ini. Pertama, ternyata aku ngga tau kondisi badanku sendiri, jadi aku perlu tahu. Kedua, aku ngga mengikuti kata hati, jadi aku harus lebih mengikutinya. Ketiga, aku tahu fungsi darah dan mengalaminya secara langsung waktu itu. Keempat, banyak yang peduli kepadaku, sebab itu aku juga harus peduli sama orang lain. Kelima, semua yang terjadi itu pasti ada hikmahnya. Sabar, tawakal, percayalah Allah itu memiliki rencana yang sangat indah untuk hamba-Nya.

Komentar

  1. Lucu kakkkk. Ku suka tulisan dan visualisasinya. Lanjut terusss xD

    BalasHapus
  2. Rajin bgt itu gambarnya gambar sendiri 😆

    BalasHapus
  3. Sebagai perwakilan panitia donor darah, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya, kak. Terima kasih telah bersedia memberikan sekantung darah untuk saudara kita yang membutuhkan. Semoga pahala dan rezekinya dilipat gandakan, aamiin. Semangat, jazakillah🙏

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kali Ini Aku Bicara “Tentang Cinta"

“Bertambah Umur, Bertambah Keimanan?”